Berbagi Pengalaman
Menerbitkan Buku
Resume
Kuliah Pertemuan kelima
Belajar
Menulis Gelombang 12
Pertemuan
5 : Rabu, 10 Juni 2020
Waktu : Pukul 19.00 – 21.00 WIB
Pemateri : Bpk. Agung Pardini
Topik : Berbagi Pengalaman Menerbitkan
Buku
Peresume : Dra. Arnita Budi Siswanti, M.Hum
Rabu, tanggal 10 Juni 2020 merupakan pertemuan kelima, kelas belajar menulis
online gelombang 12 bersama Om Jay. Om Jay mengawali pertemuan dengan
membagikan video memperkenalkan profil seorang pemateri yang luar biasa dengan
segudang prestasi dan sangat inspiratif. Beliau adalah Bapak Agung Pardini,
seorang pembicara nasional, Master Teacher Sekolah Guru Indonesia dan saat ini menjabat sebagai GM
sekolah kepemimpinan bangsa.
Kecintaan Pak Agung terhadap kisah-kisah kepahlawan, mengantarkannya menjadi
guru sejarah dan IPS sejak tahun 2001. Saat pertama kali mengajar, guru yang
bernama asli Agung Pardini ini, kala itu masih menempuh S1 Pendidikan Sejarah
dengan tambahan program minor Antropologi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam waktu delapan tahun
(2001-2008), setidaknya pernah mendapat kesempatan mengajar pada belasan
institusi yang berbeda, mulai dari sekolah formal (SMP dan SMA), Bimbingan
Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket Non-Formal atau
PKBM.
Sejak tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga
kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat,
infaq, dan shodaqoh agar disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di
bidang pendidikan bagi kemajuan ummat. Mula-mula ia bertugas sebagai trainer
pendidikan untuk melatih ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal
di berbagai wilayah Indonesia.
Selain melatih para guru, bersama rekan-rekan satu timnya di Dompet Dhuafa,
Guru Agung di beri beragam amanah untuk merancang dan mengelola program-program
inovatif di bidang pendidikan yang berhasil menjangkau hingga 34 provinsi.
Program-program tersebut antara lain:
1. Pendampingan Sekolah dan Pengembangan Guru di Kecamatan Ciracap,
Kabupaten Sukabumi (Donatur: JICA), 2008-2010
2. Pendampingan Sekolah Berdaya di Sumatera Barat Pasca Gempa Bumi besar,
2010-
2012
3. Pelatihan Guru Cerdas Literasi (Donatur: Hypermart), 2010
4. Pelatihan Guru Cerdas Literasi (Donatur: Majelis Taklim Telkomsel), 2009
5. Pengembangan Sekolah Cerdas Literasi (Donatur: Trakindo), 2010-2013
6. Pendampingan SMK Unggulan Bidang Alat Berat (Donatur: Trakindo), 2013
7. Pendampingan Sekolah-Sekolah di Perbatasan Indonesia: 2012-2013
8. Pengiriman Guru-Guru SGI (Sekolah Guru Indonesia) ke berbagai
wilayah pelosok atau 3T, 2014-2015
9. Membentuk School of Master Teacher di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa, dan NTB, 2014-2020
10. Mengembangkan alat ukur performa Sekolah yang disebut MPC,
2012-2013
11. Mengadakan diklat kepala sekolah: Milenial Leader, 2019
12. Membangun kerjasama penyelenggaraan kelas Magister
Manajemen Pendidikan Islam
bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016-2018
13. Mengembangkan model Sepuluh Kepemimpian Guru Indonesia dan
Gerakan
Transformasi Kelas a Ajar, 2018-2020 hingga 30
provinsi.
Itulah kegiatan-kegiatan Bapak Agung Pardini yang sangat banyak
pengalamannya dalam usaha kemajuan pendidikan dan guru-guru di Indonesia.
Seperti biasa kelas dibagi dua sesi yaitu pemaparan materi dan tanya jawab,
namun pada pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini bu
Fatimah sebagi moderator tidak langsung memimpin kelas, melainkan kelas dipandu
oleh bu Aam yang mneruskan materi dari kelas sebelah yaitu kelas 8, namun
kondisi kelas tetap kondusif dari awal hingga akhir.
Pada kuliah kali ini, Guru Agung memulai pembicaraan dengan urusan
kepenulisan dan penerbitan buku dari perspektif yang berbeda dalam bidang
pendidikan dan keguruan. Berdasarkan pengalamannya bekerja di lembaga
kemanusiaan Dompet Dhuafa. Guru Agung biasa mengajak para guru yang mengabdi di
daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya, meskipun banyak tantangan dan
keterbatasan kondisi geografis danbudaya di sana, namun tidak menyurutkan
semangat Guru Agung dan guru-guru. Karena setiap permasalahan pasti ada
solusinya, solusi yang diberikan salah satunya adalah dengan pendampingan dan
bimbingan selama kurang lebih satu tahun. Tentu saja tugas ini bukan hal yang
mudah, butuh kesabaran dari para relawan. Ada beberapa ragam jenis kegiatan
menulis dan berkarya yang biasa diberikan kepada guru-guru di pelosok.
Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, Jurnal, media pembelajaran,
puisi, dan lain sebagainya. Terkait dengan percetakan dibiayai oleh Dompet
Dhuafa. Buku-bukunya tidak diperjualbelikan, namun dibagikan secara gratis
kepada guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika pada
era-era awal, sehingga setiap program yang dikerjakan untuk pembelajaran guru
di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan. Contoh buku-buku yang
diterbitkan berupa kumpulan tulisan para guru terkait dengan inovasi
pembelajaran yang telah mereka hasilkan, ada juga buku-buku kisah inspiratif
dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru didaerah pelosok
dan buku kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif
dan efisien yang rencana awalnya akan disusun menjadi semacam kamus atau
ensiklopedi pengelolaan sekolah.
Berikut ini adalah contoh-contoh
buku karya guru:
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi
pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode
ataupun media. Ini murni tulisan yang diangkat dari
pengalaman-pengalaman mereka.
Berkaitan dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh donasi zakat
yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku ini tidak diperjual belikan, namun
akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Ahamdulillah
buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di
daerah lain. Mereka mempunyai genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah
kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai
guru-guru di daerah pelosok.
Berikut ini adalah contohnya:
Dua buku yang bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang
mengajar hingga ke pelosok negeri. Ada yang di kepulauan, ada yang di
hutan dan pegunungan, dan ada yang di pelosok kampung. Pernah ada guru muda
kami yang meninggal dalam tugas di penempatan.
Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku di
atas. Akhirnya nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi
guru-guru terbaik SGI. Jamilah Sampara Award. Hampir semua buku-buku yang diterbitkan
adalah antologi, nulis bareng-bareng.
Nah bagaimana cara mengajarkan guru-guru mereka menulis?
Mereka punya cara yang unik. Yakni dengan menulis "Jurnal
Perjalanan Guru". Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang
mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka harus menulis
pengalaman mereka selama si siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang
curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan
kepemimpinan. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan,
semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. Jadi ini
bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi. Kegiatan mirip sekali dengan kebiasaan
menulisnya Om Wijaya Kusuma, yang senang menulis cerita harian di group belajar
menulis online.
Melalui jurnal ini, mereka para pengelola dan dosen jadi mengetahui tentang
perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka. Jika ada perasaan
hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling. Ada yang rindu keluarga,
ada yang sakit hati, macam-macam ceritanya.
Kebiasaan menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis. Namun
ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca.
Kalau tidak banyak membaca, ya tidak bakal bisa menulis. Ini melatih kepekaan
literasi mereka. Mereka mengadakan acara bedah buku rutin. Ada yang harian, ada
yang pekanan. Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada
apel. Nah, yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang
akan memberi kajian bedah buku. Tidak harus yang berat-berat, novel pun bisa.
Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel
biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara
bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh. Ini
efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.
Guru Agung dan teman-temannya sangat percaya bahwa menulis buat para guru
adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa
percaya diri. Guru Agung memberikan tambahkan tentang beberapa contoh buku lain
yang pernah diterbitkan.
Di bawah ini adalah buku yang ditulis Guru Agung bersama Tim Makmal
Pendidikan Dompet Dhuafa. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara
pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien. Kebetulan beliau juga konsultan
sekolah di Dompet Dhuafa. Rencana awalnya ini mau kita susun menjadi
semacam kamus atau ensiklopedi pengelolaan sekolah.
Buku ini isinya tentang tips praktis pengelolaan sekolah berwawasan
lingkungan atau adiwiyata. Kebetulan Dompet Dhuafa pernah memiliki proyek
sosial untuk membuat sekolah adiwiyata.
Dari pemaparan yang disampaikan oleh Guru Agung pada pertemuan kelima,
dapat disimpulkan bahwa merangkai kata dalam bentuk tulisan bukan pekerjaan
yang mudah, harus banyak membaca dan bersabar, mencoba menulis dengan apa yang
sering kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Untuk mencari
ide, kita butuh teman diskusi, teman nongkrong yang setia, dan komunitas.
Menulis adalah melatih ketajaman pikiran dan memperluas budi pekerti, menulislah,
maka engkau “ada”.
Demikianlah resume yang saya buat kali ini, semoga bermanfaat. Masukan dan
saran dari rekan-rekan sangat saya harapkan demi perbaikan tulisan ini. Terima
kasih. Salam Literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar